Semua warna, semua aliran musik, semua kolektif dan semua barisan propaganda dan perlawanan di sini hanya berjuang untuk satu, yang Ahad. Tidak ada Tuhan lain selain Allah, dan Nabi Muhammad Saw adalah Utusan Allah. Salam Tauhid! Salam Satu Jari!
Demikian kata-kata yang tepat menggambarkan komunitas yang satu ini, komunitas para pecinta musik beraliran ‘keras’. Mendengar kata metal atau underground, mungkin akan terbesit dalam benak, musik yang keras dan gaduh, atau identik dengan kehidupan yang bebas dan urakan. Musik metal juga sering diidentikan dengan salam metal, yaitu dengan menunjukan tiga jari atau dua jari, telunjuk dan kelingking.
Beda dengan band underground yang satu ini. Mohammad Hariadi Nasution atau yang akrab di sapa Ombat, adalah seorang vokalis salah satu band underground, band-nya bernama Tengkorak. Ia menjelaskan, Band Tengkorak berdiri pada tahun 1993, mengusung musik underground, tapi berbeda dengan band-band metal pada umumnya. Tengkorak mengusung ideologi Islam yang kental dalam setiap lirik-liriknya, dan mengecam Zionisme. Tidak seperti lagu metal lain yang biasanya bertema anti Tuhan, memuja setan, dan kebebasan. Lirik-lirik lagu Tengkorak justru bersumber dari sirah nabawi, Al Quran, dan hadis.
Ombat menyebut hal itu sebagai perjuangan anak band underground untuk berjihad dengan musik. Maka meski tampil urakan, jangan heran jika saat azan berkumandang, mereka menghentikan aktivitas manggungnya dan shalat terlebih dahulu.
Band Tengkorak juga pernah mencatatkan diri dalam album kompilasi berjudul It’s a Proud to Vomit Him (1995) bersama musisi-musisi band underground dunia. Album tersebut dirilis ulang di tujuh negara dan distribusinya sampai di 28 negara di seluruh dunia.
Tak banyak yang menyangka kalau ternyata Ombat lulusan seorang Magister Hukum (S-2), Ombat juga berprofesi sebagai pengacara dan tercatat sebagai Advokat, Ia juga menyandang jabatan Ketua Lembaga Bantuan Hukum Muslim Indonesia (LBHMI) dan ia juga Wakil Ketua Kongres Advokat Indonesia (KAI) Provinsi Banten. Terakhir saat dijumpai, ia menunjukkan kepeduliannya dengan mendukung kampanye program Gerakan Rp.50 ribu per orang untuk pengadaan alat kesehatan (Alkes) buat RS Indonesia di Gaza yang diselenggarakan oleh lembaga kemanusiaan MER-C (Medical Emergency Rescue Committee).
Demikian kata-kata yang tepat menggambarkan komunitas yang satu ini, komunitas para pecinta musik beraliran ‘keras’. Mendengar kata metal atau underground, mungkin akan terbesit dalam benak, musik yang keras dan gaduh, atau identik dengan kehidupan yang bebas dan urakan. Musik metal juga sering diidentikan dengan salam metal, yaitu dengan menunjukan tiga jari atau dua jari, telunjuk dan kelingking.
Beda dengan band underground yang satu ini. Mohammad Hariadi Nasution atau yang akrab di sapa Ombat, adalah seorang vokalis salah satu band underground, band-nya bernama Tengkorak. Ia menjelaskan, Band Tengkorak berdiri pada tahun 1993, mengusung musik underground, tapi berbeda dengan band-band metal pada umumnya. Tengkorak mengusung ideologi Islam yang kental dalam setiap lirik-liriknya, dan mengecam Zionisme. Tidak seperti lagu metal lain yang biasanya bertema anti Tuhan, memuja setan, dan kebebasan. Lirik-lirik lagu Tengkorak justru bersumber dari sirah nabawi, Al Quran, dan hadis.
Ombat menyebut hal itu sebagai perjuangan anak band underground untuk berjihad dengan musik. Maka meski tampil urakan, jangan heran jika saat azan berkumandang, mereka menghentikan aktivitas manggungnya dan shalat terlebih dahulu.
Band Tengkorak juga pernah mencatatkan diri dalam album kompilasi berjudul It’s a Proud to Vomit Him (1995) bersama musisi-musisi band underground dunia. Album tersebut dirilis ulang di tujuh negara dan distribusinya sampai di 28 negara di seluruh dunia.
Tak banyak yang menyangka kalau ternyata Ombat lulusan seorang Magister Hukum (S-2), Ombat juga berprofesi sebagai pengacara dan tercatat sebagai Advokat, Ia juga menyandang jabatan Ketua Lembaga Bantuan Hukum Muslim Indonesia (LBHMI) dan ia juga Wakil Ketua Kongres Advokat Indonesia (KAI) Provinsi Banten. Terakhir saat dijumpai, ia menunjukkan kepeduliannya dengan mendukung kampanye program Gerakan Rp.50 ribu per orang untuk pengadaan alat kesehatan (Alkes) buat RS Indonesia di Gaza yang diselenggarakan oleh lembaga kemanusiaan MER-C (Medical Emergency Rescue Committee).
Tengkorak mempunyai komunitas. Bagi komunitas ini, Islam tetap nomor satu jika dibandingkan dengan apapun. Karena itu, mereka mempunyai ciri khas, yaitu salam satu jari, sebagai pengganti salam metal biasanya. Melalui Ombat, komunitas underground Indonesia ia ajak untuk mengganti salam metal tiga jari dengan salam satu jari. “Salam satu jari adalah simbol tauhid dan meng-Esakan Alloh, kita berusaha mengganti salam Metal yang selama ini identik dengan simbol setan dengan simbol tauhid.” ujar pria kelahiran Jakarta, 11 April 1973.
Pada sebuah kesempatan Vokalis grup band ‘Tengkorak’ ini mengungkapkan bahwa sebenarnya Indonesia secara budaya memang sedang dijajah oleh budaya barat terutama melalui musik. “Indonesia secara budaya memang dijajah oleh budaya barat melalui musik, simbol satu jari adalah bagian dari perlawanan itu,” Kata Ombat pada Mi’raj Islamic News Agency. Menurutnya, perubahan pada komunitas tersebut tidak bisa bersifat instan akan tetapi harus bertahap, dari mengganti simbol-simbol, meniggalkan minum-minuman keras atau kehidupan yang buruk yang identik pada komunitas musik metal pada umumnya, menuju kebiasaan yang lebih baik dan mendekat pada jalur agama.
Ombat tidak menafikan bahwa mereka memang bermain musik, akan tetapi kesadaran harus terus dibangun dan paling tidak terus memberi pengaruh positif pada komunitas metal atau underground ini, menuju ke arah yang lebih baik sampai akhirnya para musisi sadar bahwa musik itu sendiri adalah tidak baik. “Kami hanya memberikan sebuah pilihan, ketika pilihanya saat ini Setan semua,” kata Ombat.
Tengkorak dahulu juga seperti band underground lain yang menggunakan simbol metal tiga jari, yakni tanda jempol, telunjuk, dan jari kelingking. Simbol itu merujuk pada simbol setan dengan dua tanduknya dan anti Tuhan. Salam Tiga Jari yang berbentuk Ibu Jari, Telunjuk dan Kelingking yang diacungkan, secara simbol diasoasikan dan dapat diartikan sebagai “Tanduk Kambing”.
Awal metamorfosis itu terjadi saat Ombat bersama rekan-rekannya mendapatkan hidayah dan tersadar bahwa karya musik mereka adalah konspirasi Barat untuk merusak generasi muda. Walaupun tetap melahirkan musik dengan tempo cepat dan keras, lirik-lirik yang diusung berubah menjadi tema jihad dan anti-Israel. “Kami memiliki pesan dalam musik kami, yakni anti pemurtadan oleh Israel dan Amerika Serikat,” ujarnya.
Ombat meyakini, untuk menghancurkan negeri-negeri muslim, khususnya di Indonesia, Zionis dan AS tidak perlu menggunakan serangan fisik. Tapi, mereka menjejali pemuda dengan obat-obatan terlarang, minuman keras, film porno, media gosip, termasuk aliran musik underground yang mendewakan simbol setan dan anti-Tuhan. Tak sedikit para fanatik musik underground yang benar-benar menyembah logo-logo setan, dajal, dan simbol okultisme atau aliran ilmu sihir yang berasal dari Yahudi. Ombat sadar, musik bisa dijadikan alat dan doktrin untuk pembodohan. Itulah sebabnya, Tengkorak memutuskan melawan pemurtadan dengan senjata musik.
Komunitas underground muslim tidak hanya menjadikan musik sebagai sarana, tetapi juga ingin membangun perspektif baru, bermusik, tetapi punya moralitas dan tetap religius. Bahkan, beberapa kali Tengkorak manggung untuk menggalang dana buat Palestina. (P015/IR)
* Penulis adalah wartawan Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Pada sebuah kesempatan Vokalis grup band ‘Tengkorak’ ini mengungkapkan bahwa sebenarnya Indonesia secara budaya memang sedang dijajah oleh budaya barat terutama melalui musik. “Indonesia secara budaya memang dijajah oleh budaya barat melalui musik, simbol satu jari adalah bagian dari perlawanan itu,” Kata Ombat pada Mi’raj Islamic News Agency. Menurutnya, perubahan pada komunitas tersebut tidak bisa bersifat instan akan tetapi harus bertahap, dari mengganti simbol-simbol, meniggalkan minum-minuman keras atau kehidupan yang buruk yang identik pada komunitas musik metal pada umumnya, menuju kebiasaan yang lebih baik dan mendekat pada jalur agama.
Ombat tidak menafikan bahwa mereka memang bermain musik, akan tetapi kesadaran harus terus dibangun dan paling tidak terus memberi pengaruh positif pada komunitas metal atau underground ini, menuju ke arah yang lebih baik sampai akhirnya para musisi sadar bahwa musik itu sendiri adalah tidak baik. “Kami hanya memberikan sebuah pilihan, ketika pilihanya saat ini Setan semua,” kata Ombat.
Tengkorak dahulu juga seperti band underground lain yang menggunakan simbol metal tiga jari, yakni tanda jempol, telunjuk, dan jari kelingking. Simbol itu merujuk pada simbol setan dengan dua tanduknya dan anti Tuhan. Salam Tiga Jari yang berbentuk Ibu Jari, Telunjuk dan Kelingking yang diacungkan, secara simbol diasoasikan dan dapat diartikan sebagai “Tanduk Kambing”.
Awal metamorfosis itu terjadi saat Ombat bersama rekan-rekannya mendapatkan hidayah dan tersadar bahwa karya musik mereka adalah konspirasi Barat untuk merusak generasi muda. Walaupun tetap melahirkan musik dengan tempo cepat dan keras, lirik-lirik yang diusung berubah menjadi tema jihad dan anti-Israel. “Kami memiliki pesan dalam musik kami, yakni anti pemurtadan oleh Israel dan Amerika Serikat,” ujarnya.
Ombat meyakini, untuk menghancurkan negeri-negeri muslim, khususnya di Indonesia, Zionis dan AS tidak perlu menggunakan serangan fisik. Tapi, mereka menjejali pemuda dengan obat-obatan terlarang, minuman keras, film porno, media gosip, termasuk aliran musik underground yang mendewakan simbol setan dan anti-Tuhan. Tak sedikit para fanatik musik underground yang benar-benar menyembah logo-logo setan, dajal, dan simbol okultisme atau aliran ilmu sihir yang berasal dari Yahudi. Ombat sadar, musik bisa dijadikan alat dan doktrin untuk pembodohan. Itulah sebabnya, Tengkorak memutuskan melawan pemurtadan dengan senjata musik.
Komunitas underground muslim tidak hanya menjadikan musik sebagai sarana, tetapi juga ingin membangun perspektif baru, bermusik, tetapi punya moralitas dan tetap religius. Bahkan, beberapa kali Tengkorak manggung untuk menggalang dana buat Palestina. (P015/IR)
* Penulis adalah wartawan Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
0 comments:
Post a Comment